Gajah termasuk salah satu hewan mamalia besar yang terpintar. Mereka punya daya ingat yang bagus, bahkan kalau berinteraksi dengan manusia, mereka bisa mengingat perlakuan manusia.
“Memang daya ingatnya kuat, makanya mereka mereka sangat mengingat. Misalnya kita pernah menyiksa seekor gajah, mereka akan ingat mukanya seumur hidup, selamanya,” tutur Regina Safri, seorang fotografer yang kerap mengabadikan keindahan alam dan isu lingkungan, dalam wawancara lewat IG Live bersama detikTravel, Sabtu (10/10/2020).
Regina mengatakan dirinya pernah bertemu bayi gajah bernama Erin. Bayi gajah itu yang diambil dari hutan dalam kondisi belalainya terputus.
“Sejak itu aku sering buat kaos dan galang dana untuk belikan dia buah dan asupan makanan karena belalainya tidak bisa digunakan, beberapa kali aku ke sana, aku bawain tebu, pisang dan kasih makan dengan tanganku. Setiap ada aku ke sana, Erin lari dan berhenti persis di depan aku,” ujarnya.
Dia juga sempat bernazar kalau buku garapannya tentang hutan Sumatera laris, dia akan membeli tebu yang lebih banyak untuk si bayi gajah Erin.
“Saat aku di Lampung bukuku habis, akhirnya aku ke Way Kambas dan pas sore tiba-tiba dia lari, Erin lari tapi bayi gajah lainnya tidak lari, sekitar 20-50 meter dia lari, dan temannya lari menghampiri aku di depan aku. Aku suapin tebu, keluar air matanya. Aku ajak ngomong, ‘bukuku habis lho’ dia makan aku suapin, ingatannya kuat, bisa hampir dipastikan,” ujarnya.
Gajah juga punya perasaan yang sensitif, alias baperan. Mereka kadang tidak mau berkumpul dengan gajah yang lain.
“Iya, termasuk mamalia yang baper. Erin awalnya ditolong dia gak mau ngumpul sama gajah yang lain. Erin selalu mau mojok jauh dan memisahkan diri, kayaknya dia diledek dan sensitif. Badak juga lebih sensitif, makanya jarang fotografer dapat foto badak di hutan, biasanya kalau nggak di tempat konservasi,” jelasnya.
