Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Niat Presiden Joko Widodo melibatkan kaum muda untuk duduk dalam jajaran kabinetnya disambut guru besar UI, Profesor Rhenald Kasali.
Menurut pakar disrupsi ini, dalam era #MO (mobilisasi dan orkestrasi) setidaknya ada empat bidang yang bisa diserahkan pada kaum muda, yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, dan perdagangan.
“Keempat bidang itu sarat dengan persoalan disrupsi, masih banyak menimbulkan derita bagi masyarakat, menjadi perhatian publik dan menuntut cara-cara baru. Di era #MO, kita bisa memobilisasi dan mengorkestrasi sumberdaya milik masyarakat dengan lebih mudah,” ujarnya. Namun ia menambahkan bila anggaran kurang, maka bisa didukung pendekatan crowdsourcing dan public-private collaboration.
“Wirausaha muda yang muncul di abad 21 ini sebagian besar bernapaskan kewirausahaan sosial. Maka kolaborasi dengan ekosistem dari BUMN sangat bisa memberi ruang untuk kaum muda mendisrupsi sektor-sektor yang masih memberikan pain bagi keluarga seperti rumah sakit yang kurang, tarif kesehatan yang dikeluhkan dokter, ketersediaan guru, bencana asap, dan serangan barang impor,” tambahnya.
Ia menyoroti, persoalan inefisiensi, obseleditas (ketinggalan zaman), dan pain burden (kepahitan) yang masih dirasakan publik dalam pelayanan di keempat bidang itu.
Dalam bidang pendidikan misalnya, anggaran yang disediakan sudah sangat besar tetapi kualitasnya belum bisa diandalkan. Sementara internet telah menimbulkan persoalan ketergantungan anak-anak pada game online.
“Kalau pendekatannya kuno, maka pendidikan akan menanggung bebannya seperti kualitas dan karakter, kurangnya tenaga guru, langkanya digital tallent dan tak tertutup kemungkinan bagi munculnya pusat rehabilitasi mental bagi anak-anak yang kecanduan game online.” Semua ini menandakan pentingnya dikelola dengan cara-cara baru.
Demikian pula kesehatan yang sudah didukung dana BPJS yang sangat besar. “Kalau kita masih mengandalkan cara-cara lama maka biayanya akan semakin besar, dan masyarakat frustrasi. Big data dan kecerdasan buatan bisa mendisrupsi layanan kesehatan, asalkan kementerian ini didukung kaum muda.”
Demikian juga dengan perdagangan dalam negeri dan lingkungan hidup. Kedua bidang itu sangat diminati kaum muda yang akan mewarisi masa depan republik ini.
“Hanya kaum muda yang tahu bagaimana cara menggerakkan perdagangan domestik yang efisien melalui ekosistem perdagangan. Salah satu kontribusi riil kaum muda yang sudah bisa dilihat hasilnya adalah partisipasi rumah tangga dalam perdagangan domestik dan rendahnya inflasi karena perdagangan langsung melalui e-commerce,” imbuhnya.
Sedangkan lingkungan hidup adalah bidang yang sangat diminati kaum muda karena merekalah pewaris masa depan yang paling banyak menderita akibat laju deforestasi dan kepungan sampah plastik.