Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopulhukam), Wiranto, diserang senjata tajam ketika berkunjung ke Mennes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019) siang. Pelaku mencoba menusuk Wiranto ketika turun dari mobil. Kapolsek Mennes, Dariyanto, sigap pasang badan, tetapi seorang perempuan bercadar menusuk Dariyanto di bagian punggung. Kapolsek Mennes dan ajudan Wiranto juga menjadi korban aksi nekat orang tak dikenal tersebut.
Pelaku penyerangan langsung diringkus oleh pihak kepolisian setempat. Aparat mengamankan sepasang suami istri yang diduga sebagai pelaku. Akibat penyerangan tersebut, Wiranto mengalami dua luka tusukan di bagian perut. Sampai sekarang Wiranto masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memberikan pengamanan lebih kepada pejabat negara agar peristiwa yang sama tidak menimpa pejabat negara lainnya.
Reaksi Publik Beragam
Publi bereaksi beragam menanggapi peristiwa penusukan yang dialami Wiranto. Tak sedikit yang mempertanyakan kinerja aparat yang dinilai lemah sehingga pejabat negara bisa mengalami peristiwa tersebut. Kinerja intelijen pun dipertanyakan.
Syahril Alamsyah, alias SA, pelaku penusukan terhadap Wiranto, telah diincar dan diintai Badan Intelijen Negara (BIN) sejak tiga bulan lalu. Sekitar Mei 2019, sempat muncul kabar ada upaya pembunuhan terhadap pejabat negara, di antaranya Wiranto. Entah bagaimana intelijen dan aparat bekerja, faktanya penusukan terhadai Wiranto sudah terjadi.
Bahkan Kepala BIN, Budi Gunawan yang akrab disapa BG, memastikan bahwa SA punya kaitan erat dengan Janaah Ansharut Daulah cabang Bekasi. BG mengatakan, BIN sudah melakukan pemantauan terhadap SA sejak tiga bulan lalu.
Pelaku sempat berpindah kota mulai dari Kediri, Bogor, sampai ke Mennes. BG mengatakan, kendati sudah diincar, pihaknya tidak dapat begitu saja menangkap karena JAD bergerak dari sel-sel kecil. Itu sebabnya laporan dari masyarakat diperlukan untuk meninimalisasi terjadinya peristiwa serupa.
Ketika melakukan aksinya, SA bersikap seolah-olah hendak bersalaman dengan Wiranto. Rupanya dia bukan ingin bersalaman, malah melakukan penusukan terhadap mantan Ketua Umum Partai Hanura tersebut.
Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketua DPR dari Fraksi Gerindra, mengatakan bahwa seharusnya pejabat negara seperti Wiranto mendapat pengawalan sesuai dengan protokoler. Pihak kepolisian seharusnya mengusut tuntas kasus Wiranto.
Alih-alih bersimpati, ada juga yang menilai bahwa kasus penusukan tersebut hanyalah setingan untuk mengalihkan isu. Faktanya, ada korban jatuh dan peristiwa penusukan tersebut terjadi di tempat umum.
Aksi pelaku tersebut bisa dibilang nekat. Bagaimana tidak, dia beraksi di tengah kerumunan masyarakat dan ada aparat keamanan yang berjaga di sana. Sang istri bahkan juga nekat melukai Kapolsek yang berusaha melindungi Wiranto. Aksi ini nekat dan bisa jadi terencana. Kedua pelaku punya nyali yang cukup besar untuk melakukannya.
Di sisi lain, kinerja aparat keamanan juga dipertanyakan. Bagaimana bisa di kerumunan massa seorang menteri, ajudan, dan petinggi kepolisian setempat terkena tusukan benda tajam. Apalagi pihak BIN telah berhasil mengidentifikasi pelaku sejak tiga bulan lalu.
Versi polisi, pelaku terpapar paham radikalisme ISIS sehingga menjadikan pejabat publik sebagai sasaran serangan. Menurut polisi, kedua pelaku telah mempersiapkan senjata sebelum melakukan aksi nekat tersebut.
Pihak kepolisian harus mengusut tuntas peristiwa ini. Sebab serangan secara nyata dan langsung ini adalah ancaman serius bagi pejabat negara. Intelijen juga harus bertindak cepat, jangan sampai target incaran mereka berhasil melakukan aksinya, dan baru tertangkap setelah melancarkan aksinya.