Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Cuaca Hong Kong pada Selasa 1 Oktober 2019 saat peringatan hari nasional Tiongkok amatlah panas karena mencapai 34 derajat celcius. Ditambah lagi suasana unjuk rasa yang dilakukan para pendemo dengan pakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajahnya yang juga berwarna hitam, lengkaplah hawa panas yang menyelimuti kota bekas koloni Inggris ini.
Para demonstran membentuk 6 grup yang tersebar seantero Hong Kong. Sejak pukul 11 siang sebagian pendemo berkumpul di salah satu meeting point mereka yaitu di Southorn Park, Wan Chai. Mereka duduk memenuhi bangku penonton di area lapangan basket dan tenis. Sekitar pukul 1 siang mereka semua bangkit dari tempat duduknya untuk bergabung ke dalam grup lain yang lewat dan bergerak menuju kawasan Causeway Bay, Admiralty serta Central. Rombongan ini berjalan bersama sambil meneriakkan slogan-slogan.
Melewati sebuah restoran yang tetap buka, para pendemo menjadi curiga dan dari kaca jendela melongok ke dalam di mana terlihat beberapa orang sedang makan. Pemilik restoran telah mengantisipasinya dengan menempelkan kertas di kaca yang menyatakan mereka mendukung gerakan Pro-demokrasi. Mirip yang terjadi di Jakarta saat kerusuhan Mei 1998 saat masyarakat menempelkan kertas di toko atau rumah mereka yang dilewati pendemo (atau penjarah dalam kasus di Indonesia) dengan tulisan Pribumi. Para pengunjuk rasa tersebut mungkin penasaran kenapa resto ini tetap buka sedangkan tempat-tempat usaha lain di sekitar Wan Chai tutup.
Sementara itu toko tas dan koper di sebelahnya memanfaatkan momen demonstrasi ini dengan menjual payung. Para pendemo yang belum membawa salah satu penanda bagi warga pro-demokrasi Hong Kong tersebut segera memborong payung-payung hitam tersebut.
Long march para demonstran juga melewati jembatan berisi para polisi yang memantau situasi dan sudah siap dengan perlengkapan penghalau demonstran. Sambil terus berjalan mereka menyempatkan diri berbalik untuk mengejek dan meneriaki para polisi ini seperti biasa mereka lakukan selama 17 minggu aksi protes ini.
Hal yang berbeda ditunjukkan para pengunjuk rasa saat hendak melewati jembatan di hadapannya yang berisi warga yang memotret dan memberikan dukungannya. Mereka melambaikan tangan dengan lima jari diacungkan yang merupakan simbol Five Demands Not One Less.
Michael, salah seorang pendemo mengatakan aksi unjuk rasa selalu berlangsung damai di siang sampai sore hari. Tetapi ketika mulai menjelang malam hari tensi meningkat saat mereka melihat polisi datang, dan kerap berakhir dengan kerusuhan. Pemuda yang datang bersama pacarnya ini mengaku senang bisa turut berpartisipasi dalam gerakan pro-demokrasi. Namun demikian ia, mengaku akan segera pulang setelah beristirahat sebentar di Hong Kong Park karena esok ia harus bekerja. Seorang pendemo lainnya yang sedang beristirahat menyatakan tidak paham secara mendetil apa saja agenda unjuk rasa hari ini. Ia hanya mengatakan akan mengikuti kerumunan bergerak ke mana dan memantau pergerakan serta panggilan demonstrasi dari rekan-rekannya melalui aplikasi Telegram.
Teriknya cuaca Hong Kong hari ini disertai hawa demonstrasi yang semakin intens dan diperkirakan akan berlangsung rusuh membuat Hong Kong sangat panas!