Hong Kong berada di ambang bahaya yang ekstrem, setelah bentrokan berkecamuk selama akhir pekan ke-17 unjuk rasa antiekstradisi, kata Tse Chun-chung, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian Hong Kong. Demonstrasi dengan kekerasan telah menjerumuskan berbagai distrik ke dalam kekacauan ketika perusuh menuduh petugas polisi melemparkan sebanyak 100 bom bensin dan melakukan pembakaran di jalan-jalan di jantung kota.
Menurut data intelijen yang dikumpulkan polisi, beberapa “perusuh garis keras” berencana merekrut sukarelawan dengan kecenderungan bunuh diri untuk melakukan tindakan ekstrem, termasuk membunuh petugas polisi serta menyamar sebagai petugas polisi untuk membunuh orang lain guna mendiskreditkan petugas keamanan dan meledakkan pompa bensin di kota. “Tindakan mereka sudah satu langkah lebih dekat ke terorisme,” kata Tse.
Polisi sangat prihatin tentang keselamatan publik pada hari Selasa dan mengutuk semua tindakan kriminal dan kekerasan, lanjut Tse.
Terlepas dari kekhawatiran ini, Kepolisian Hong Kong telah menunjukkan sisi profesional yang konsisten, dengan tidak tunduk pada keinginan perusuh yang ingin membuat kota dalam kekacauan. Kepolisian Hong Kong bahkan dengan penuh percaya diri mengatakan mereka masih mampu menjaga keamanan serta tetap bertindak sebagai pengayom dengan memberikan anjuran-anjuran yang positif.
Selama akhir pekan ini, polisi telah menangkap 157 orang, 67 di antaranya adalah mahasiswa. “Di antara mereka, delapan masih berusia 12 hingga 15 tahun,” kata Tse.
Kepolisian mengaku sangat khawatir dengan tren semakin banyak anak muda yang melakukan tindakan kriminal, yang justru akan berdampak buruk pada masa depan mereka.
Keteguhan Sikap Petugas
Ribuan petugas kepolisian Hong Kong telah mengalami tekanan fisik dan emosional yang luar biasa dari gelombang protes. Mereka telah mengalami pelecehan verbal dan kekerasan yang nyata dari pengunjuk rasa, terutama ketika ketegangan memanas dan bentrokan pecah. Penghinaan yang paling umum dari para demonstran adalah “polisi kulit hitam” dalam bahasa Kanton.
Para ahli kesehatan telah memperingatkan krisis kesehatan mental publik, dengan empat kematian dan satu percobaan bunuh diri telah dikaitkan dengan kegagalan politik yang sedang berlangsung.
Para pengunjuk rasa sering berbicara tentang perasaan putus asa dan depresi atas peristiwa baru-baru ini, tetapi mereka tidak sadar dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan karena petugas polisi juga merasakan efek dari bentrokan berulang, bahkan menjadi sasaran utama. Beberapa petugas polisi menjadi sasaran kampanye cyberbullying yang mencakup bocornya informasi pribadi dan keluarga para perwira serta ancaman kematian.
Dr Edmond Lau Kam-lun, psikolog klinis senior dari Kepolisian Hong Kong, mengatakan bahwa tim pelayanan psikologisnya telah memberikan bantuan pribadi untuk membantu petugas garis depan mengatasi stres. Timnya yang terdiri atas 12 pakar menawarkan layanan hotline 24 jam sehari dan turun ke lapangan untuk menghibur petugas polisi dan mendengarkan perasaan mereka.
Tim psikologis juga telah mengirim pesan teks dan tips yang menganjurkan cara mengelola stres kepada semua anggota staf dan keluarga mereka. Taktik doxxing yang telah dilakukan oleh para demonstran, yang melibatkan pengiriman data pribadi petugas polisi dan keluarga mereka secara online, telah tersebar luas selama beberapa minggu terakhir. Dan mendapat kritik dari sebagian masyarakat global yang sadar.
Selain aksi rasial, kekerasan fisik dan verbal, cyberbullying telah menambah tekanan emosional dari beberapa petugas, bersamaan dengan jam kerja yang panjang dan sentimen negatif dari beberapa anggota masyarakat Hong Kong, yang terjebak dalam propaganda perusuh.
Sementara itu, para profesional lintas sektor di Hong Kong pada hari Senin, menyatakan bahwa mereka menentang protes kekerasan berkepanjangan, yang telah mengguncang kota selama hampir empat bulan. Kecaman itu terjadi setelah perusuh antipemerintah menjadikan Hong Kong bergejolak akibat serangan pembakaran, bom bensin, dan serangan terhadap penduduk.
Dalam sebuah pernyataan bersama, 372 pengacara Hong Kong mengutuk semua jenis tindakan ilegal dan menekankan kepatuhan mereka pada aturan hukum, nilai inti yang telah lama dihargai oleh masyarakat Hong Kong. Para pengacara juga mendesak rekan-rekan mereka agar mempertahankan profesionalisme mereka, terlepas dari pandangan politik mereka, dan mengimbau semua orang Hong Kong untuk lebih menghormati keselamatan, kebebasan, dan hak properti orang lain.
Hampir 1.000 profesional dari sektor arsitektur dan teknik juga menyatakan penentangan keras terhadap kekerasan pada hari Senin. Dapat dimengerti jika para profesional yang juga sebagai pelaku utama perekonomian Hong Kong memutuskan untuk mengakhiri kebisuan mereka dengam bersuara lantang. Mereka tidak ingin melihat kota tenggelam lebih jauh dengan kesenjangan sosial yang melebar.
Peran orang tua serta guru-guru di sekolah juga diharapkan dapat menetralkan pengaruh buruk oleh para perusuh kepada generasi muda Hong Kong karena merekonstruksi kestabilan politik dam ekomoni Hong Kong, akan menjadi tugas mereka di waktu mendatang.