Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Ribuan orang menghadiri demonstrasi “antitotaliter” di Hong Kong pada Minggu (29/9/2019). Kawasan Wan Chai menjadi lokasi utama yang dipilih para demonstran untuk berunjuk rasa yang memasuki minggu ke-17 ini. Forum online dan media sosial digunakan untuk mengajak seluruh dunia mendukung dan mengadakan pawai serupa.
Para pengunjuk rasa yang sebagian besar memakai masker hitam mempersiapkan dirinya dengan payung dan aneka benda lainnya. Di bawah jembatan penyeberangan Stasiun Wan Chai, mereka mulai memprovokasi polisi dengan melempar batu, bom bensin, dan bom molotov. Gas air mata dan meriam air diluncurkan polisi sebagai balasan. Massa semakin beringas, polisi tidak punya pilihan, mereka pun menembakkan peluru karet.
Setelah sempat kocar kacir, para demonstran kembali ke jalan lalu mengakhiri aksi dengan membakar barikade jalan. Mereka membubarkan diri, tetapi ternyata hanya untuk kembali ke area lainnya dan melanjutkan demonstrasi. Bentrokan kembali terjadi dan semakin parah.
Para aktivis aksi unjuk rasa ini juga mencoret-coret jalan dan gedung dengan semprotan, menempelkan berbagai slogan, serta menghancurkan stasiun MTR. Mereka melemparkan bom bensin ke dalam stasiun MTR Wan Chai dan juga menyemprotkan cat serta menempel aneka slogan di pintu masuk stasiun.
“Kami melakukan ini agar pemerintah mendengar aspirasi rakyat dan mau memenuhi semua tuntutan. Menempelkan kertas-kertas hanyalah aksi damai, tetapi untuk mendapatkan semua tuntutan kami, kalau perlu aksi kekerasan pun terpaksa dilakukan,” kata seorang aktivis demo ketika diwawancara usai menempelkan kertas slogan di tiang lampu jalan.
Namun, tidak semua warga Hong Kong mendukung aksi unjuk rasa ini. Banyak warga justru menyesalkan aksi kerusuhan yang dilakukan para demonstran.
“Menurut saya semua demonstrasi yang terjadi ini tidak ada gunanya. Mereka hanya bersenang-senang. Bukannya tidak ada demokrasi di sini seperti yang mereka ributkan. Sesungguhnya mereka hanya frustrasi akan situasi di mana ekonomi sangat sulit buat kebanyakan orang. Mereka banyak yang tidak memiliki rumah. Tempat tinggal yang mereka huni sangat sesak dengan semua keluarga besar mereka berhimpit-himpitan di dalamnya,” tutur Dazza, seorang warga yang sedang bersantai di Southorn Park bersama istri dan kedua anaknya.
“Mereka tidak punya respek terhadap negara tempat mereka tinggal. Semuanya mereka rusak. Bahkan stasiun MTR yang merupakan kebutuhan semua orang, mereka rusak,” tambahnya.
Southorn Park terletak tepat di sebelah jalan terjadinya bentrok antara demonstran dan polisi. Para demonstran, penonton aksi, dan para jurnalis menjadikan arena olahraga ini sebagai tempat aman dari bentrokan.
Aktivitas olahraga seperti basket dan tenis tetap berjalan seperti biasa di sini. Beberapa tenaga kerja Indonesia (TKI) bahkan asyik berkaraoke, seperti tidak ada peristiwa menyeramkan tepat di belakang tembok mereka duduk.