Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Berada di pertemuan lempeng Indo Australia dan Eurasia membuat Indonesia rawan bencana. Namun hal itu jangan lantas membuat masyarakat diburu ketakutan, tetapi bagaimana hidup harmoni dengan bencana.
Hal itu disampaikan Pelaksana Harian Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (3/8/2019).
Agus menjelaskan, posisi Indonesia yang berada di pertemuan dua lempeng yang bergerak terus setiap tahunnya ini membuat Indonesia rawan gempa dan tsunami. Lempeng di bagian Indo Australia misalnya bergerak 5-6 centimeter (cm) per tahun.
Selain adanya zona subduksi atau tumbukan lempeng tersebut, Indonesia juga memiliki banyak patahan di darat (sesar) lokal yang juga memicu gempa bumi. Lempeng ini bergerak dengan kekuatan masing-masing.
Dalam upaya mengurangi dampak bencana ada tiga hal yakni jauhkan bencana dari manusia, tapi kalau tidak bisa, jauhkan orangnya dari sumber bencana, kalau itu juga sulit maka pilihannya harus hidup harmoni dengan bencana. Caranya dengan membangun cara hidup dan infrastruktur tahan dan tangguh bencana.
“Potensi bencana itu ada, seperti potensi gempa M 8,8 megathurst, itu ancaman yang nyata benar yang kita tidak tahu kapan munculnya,” kata Agus saat konferensi pers perkembangan terkini pascagempa Banten magnitudo (M) 6,9.
Dengan adanya ancaman dan potensi itu, lanjut Agus, semua elemen harus siap siaga menghadapi bencana. BNPB juga mengingatkan dan mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dengan pembangunan shelter evakuasi sementara, rambu-rambu dan jalur evakuasi.
“Masyarakat juga perlu terus ditingkatkan pemahaman evakuasi mandiri saat bencana terjadi,” kata Agus.
Untuk hotel-hotel di wilayah yang rawan gempa dan tsunami juga harus memperhatikan bangunannya tahan gempa. “Selain itu harus juga punya lantai yang bisa dipakai untuk shelter, misalnya setelah dikaji oleh ahli di lantai 3. Maka di lantai 1 harus dijadikan ruang terbuka, ketika ada terjangan tsunami tidak berdampak besar,” ungkapnya.
BNPB juga mendorong daerah agar dalam penerbitan izin mendirikan bangunan mengatur pula konstruksi bangunan tahan gempa.