Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Dua ekor penyu dalam sepekan terakhir ditemukan mati di muara Sungai Opak, kawasan Pantai Samas, Bantul, DIY. Untuk memastikan penyebab kematian, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bersama petugas dari Museum Geologi mengautopsi penyu tersebut.
Pengendali Ekosistem Hutan, BKSDA Yogyakarta, Siti Markhamah mengatakan penyu yang diautopsi ukurannya cukup besar. Penyu ini memiliki panjang satu meter dan lebar sekitar 60 centimeter. Penyu dengan jenis hijau ini sebelumnya ditemukan mati dan membusuk di muara sungai.
“Kita ingin mengetahui penyebab kematian penyu. Tulang-tulangnya nanti akan direkontruksi dan menjadi koleksi Museum Geologi,” kata Markhamah, Rabu (19/6/2019).
Dari hasil autopsi, kata dia, tidak ditemukan adanya tubuh penyu yang mengalami luka-luka. Kondisi badan penyu sangat mulus dan tidak ada luka-luka sama sekali. “Tidak ada bekas jeratan jaring. Ini sangat mulus,” ujarnya.
Menurut Markhamah, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan sekeor penyu mati. Bisa karena penyu betina ini baru saja bertelur dan kelelahan. Sebab, saat ini antara bulan Juni sampai Agustus merupakan musim bertelur bagi penyu. Sementara kondisi alam, air laut sangat dingin karena musim kemarau. “Tidak ada plastik, jadi ini tidak makan plastik,” ujarnya.
Petugas Museum Geologi, Sugiyo Pranoto mengatakan tulang-tulang penyu bersama tempurung sengaja diambil. Nantinya akan dilakukan rekontruksi ulang untuk melengkapi koleksi di MUseu Geologi. “Di tempat kita belum ada koleksi penyu,” ucapnya.
Ketua Forum Konservasi Penyu Bantul (FKPB), Rujito menambahkan, saat ini memang musim penyu untuk bertelur. “Bisa saja penyu ini naik ke darat namun sebelum mencapai, sempat tersangkut jaring kendengan yang dipasang nelayan,” katanya.