Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Kabar tak sedap menyeruak di dunia ritel Tanah Air. Raksasa supermarket Hero memutuskan melikuidasi rantai supermarket Giant. Setidaknya enam cabang supermarket yang identik dengan warna hijau dan kuning tersebut ditutup, mulai dari Giant Express di Mampang Jakarta Selatan, Giant Express Cinere Mall, Giant Express Pondok Timur, Giant Extra Jatimakmur, Giant Extra Mitra 10 Cibubur, hingga Giant Extra Wisma Asri.
Seorang karyawan Giant Express Mampang yang enggan disebutkan namanya mengatakan, sepanjang pengetahuannya, penutupan karena perusahaan mengalami masalah. Namun, ia tak menjabarkan secara detail masalah yang dimaksud. “Semua karyawan bakal ‘dirumahkan’,” kata karyawan tersebut seperti dikutip Katadata, Minggu (23/6/2019).
Ketika ditanya, Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk, masih belum mau memberikan penjelasan.
Tidak Terekspos
Yang menarik, penutupan gerai Giant sebenarnya tak hanya berlangsung di Jakarta. Giant Express di Cimahi Mall Kota Cimahi telah lebih dahulu tutup, tetapi tak diekspos sedemikian besar seperti yang terjadi di Jakarta.
Kasus penutupan rantai supermarket ini mengundang polemik, terutama terkait dengan kondisi perekonomian nasional. Benarkah ini merupakan tanda kelesuan ekonomi mulai menghinggapi Indonesia, hingga pelan-pelan merambat dan memukul daya beli masyarakat?
Pembelaan datang dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Tutupnya Giant akibat dari perubahan perilaku konsumen. Menurut Ketua Umum Aprindo, Roy N. Mandey, bergesernya consumer behavior alias perilaku konsumen dari yang biasanya memasak di rumah menjadi berkuliner dan membeli makanan di luar rumah turut memengaruhi penurunan transaksi komoditas pangan, baik makanan dan minuman.
Roy mengaku, Aprindo belum mendapatkan keterangan resmi dari Giant mengenai rangkaian penutupan gerai. Menurut dia, penutupan supermarket Giant di enam lokasi ini lebih karena faktor efisiensi agar korporasi dapat terus berusaha dan menghidupi bisnisnya.
Ditambahkan, zaman telah berubah. Gerai ritel dengan luasan medium berkisar 2.000-2.500 meter persegi lebih populer dibandingkan dengan supermarket yang tergolong largest size area dengan luas 5.000 meter persegi ke atas.
Roy mencoba mengusulkan strategi penyelamatan agar para ritel modern tak tergerus tren baru ini. Salah satunya, menambah fungsi ritel agar tidak sekadar pusat belanja, tetapi juga wahana bermain bagi anak-anak, restoran, kafe dan bioskop. Ia juga berharap agar para ritel menerapkan omni channel, yakni memberikan akses belanja dengan menggunakan berbagai channel sekaligus baik online maupun offline.
Roy boleh saja berfilosofi dan membela anggota asosiasinya. Namun, di tengah nuansa perang dagang antara dua negara adikuasa yang begitu kuat, penutupan gerai supermarket adalah sinyal buruk.
Memang, Giant Express dikenal sebagai gerai supermarket dengan harga yang cukup premium, paling tidak dibandingkan dengan rantai-rantai supermarket lain. Harga barang yang dijual di sana hanya sedikit lebih murah daripada harga minimarket yang tersebar di seluruh pelosok kota. Padahal, bagi konsumen, supermarket merupakan tempat penyedia barang-barang dengan harga yang jauh lebih miring.
Pola Musiman
Apakah dengan alasan ini masyarakat bisa menerima bahwa penutupan Giant merupakan kesalahan strategi manajemen belaka? Nanti dulu.
Jika melihat angka impor pada April 2019 yang naik sebesar 12,25 persen, kondisi yang menimpa sektor ritel di Tanah Air jelas mengundang kekhawatiran. Bukan apa-apa, pada saat impor Indonesia disebut terbesar sepanjang sejarah, impor barang konsumsi malah meningkat cukup tajam, sebesar 24,12 persen (mtm) menjadi US$1,42 miliar, didorong oleh impor sepatu, pir, dan daging beku.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, peningkatan impor barang konsumsi merupakan pola musiman yang sering muncul saat Ramadan dan Lebaran. Faktanya, pada Mei, impor barang konsumsi juga terus meningkat. Berdasarkan data BPS, terjadi peningkatan sebesar 5,62 persen secara bulanan (mtm) menjadi US$ 1,54 miliar.
Kondisi ini tentu mengundang pertanyaan tersendiri. Impor besar-besaran atas barang-barang konsumsi berharga murah, seharusnya bisa mendorong sektor ritel nasional. Lalu, mengapa harus terjadi penutupan rantai supermarket? Apalagi Hero dikenal sebagai pemain lama dalam bisnis ini, tak mungkin dengan sengaja mengorbankan nama besarnya demi keuntungan sesaat.
Inilah yang mengundang rasa penasaran publik, apakah pemerintah menutupi sesuatu? Di sisi lain, kondisi makro ekonomi nasional tercatat dalam keadaan tak kurang satu apa pun, terutama dilihat dari asumsi tingkat pertumbuhan pada 2020 yang masih di atas 5 persen. Pemerintah bahkan berencana memotong suku bunga acuan demi aliran likuiditas yang lebih lancar ke sektor riil.
Cukupkah upaya tersebut mendorong optimisme masyarakat? Kinerja ekonomi kuartal ke-III/2019 yang akan jadi ajang pembuktian.