Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Notice: Undefined offset: 1 in /home/zau5zd45gt71/public_html/beritapolitikhijau.com/wp-content/themes/jnews/class/ContentTag.php on line 86
Expert Perlindungan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah, Weda Panji Hudaya mengatakan, sekitar 636.000 hektare kawasan hutan yang tersebar di sejumlah kabupaten pada musim kemarau tahun 2019 ini rawan terjadi kebakaran.
“Luasan hutan se-Jawa Tengah yang rawan kebakaran di musim kemarau ini adalah 639.000 hektare. Kerawanan itu karena kondisi tegakan dan vegetasi serta tanaman yang ada di hutan sudah mulai mengering,”ujarnya ditemui usai Rapat Koordinasi Perlindungan dan Pengamanan Hutan lintas instansi di Temanggung, Rabu (17/7/2019)
Atas kerawanan itu dibutuhkan koordinasi lintas lembaga yang kuat untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan. Koordinasi lintas lembaga dibutuhkan di semua wilayah hutan milik Perhutani. Pasalnya, melalui koordinasi yang kuat akan mencegah terjadinya bencana kebakaran.
“Seperti pada tahun 2018, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sampai menurunkan helikopter untuk mengatasi bencana kebakaran di Gunung Sumbing. Hal ini menunjukan bahwa koordinasi sudah sangat bagus, maka harapan kami ke depan koordinasi seperti ini harus semakin ditingkatkan,”katanya.
Selain koordinasi antarlembaga, saat ini juga sudah dibentuk satuan pengendali kebakaran. Satuan ini bertugas mengamati dan memantau serta terjun langsung melakukan pemadaman ketika terjadi kebakaran hutan. Dalam hal koordinasi dilakukan antar lembaga seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, dan Polri serta lembaga masyarakat desa hutan di sekitar hutan.
Kendati demikian, Weda Panji menyebut berdasar pengalaman kebakaran hutan tidak terjadi setiap tahun di satu lokasi saja, akan tetapi terjadi dengan siklus waktu. Disebutkan, pada 2012 terjadi kebakaran parah, tahun 2013 dan 2014 turun, tahun 2015 naik lagi dan di tahun 2016 dan 2017 turun dan tahun 2018 naik lagi.
“Tahun 2018 kebakaran cukup parah, Gunung Sindoro, Sumbing, dan Andong menjadi prioritas karena silkus iklimnya sangat panas dan kebakaran hebat terjadi di ketiga gunung ini pada kemarau 2018.
Ternyata siklusnya tiap tahun berganti, 2018 menjadi kebakaran sangat luas di Sindoro dan Sumbing, lainnya menurun. Sebelumnya Gunung Lawu terjadi kebakaran hebat,”katanya.
Administratur KPH Kedu Utara, Damanhuri mengatakan, kawasan hutan di enam gunung di KPH Kedu Utara rawan kebakaran, terutama di musim kemarau tahun 2019. Kawasan tersebut meliputi hutan di Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Prau, Gunung Ungaran, Gunung Andong, dan Gunung Telomoyo.
Adapun luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Kedu Utara sendiri seluas 36.343,39 hektare, di mana dari luasan tersebut 23.740,86 hektare berupa hutan produktif dan 12.602,53 berupa hutan lindung. Adapun jumlah desa hutan yang berada disekitar kawasan hutan Perhutani KPH Kedu Uatara adalah 257 desa hutan, 257 desa PHBM, dan 257 LMDH.
“Perlu strategi pengamanan yang tepat sasaran untuk menjaga potensi sumber daya hutan agar tetap lestari, dengan ruang lingkup pengendalian kebakaran hutan yang meliputi pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca terjadinya kebakaran hutan,”katanya.